Setelah ia tela'ah video yang ada dan menyimpulkan bahwa tidak ada unsur pelecehan terhadap adat yang dilakukan dalam video tersebut.
“Ucapan yang disampaikan oleh pihak Dream House dalam video itu sebenarnya hanyalah ucapan biasa, tanpa maksud untuk merendahkan atau melecehkan budaya Melayu,” ujar Nanda saat diwawancarai, Selasa (6/5). Ia mengajak masyarakat untuk melihat konteks secara menyeluruh sebelum memberikan penilaian.
Terkait pakaian yang dikenakan dalam video yang menjadi sorotan, Nanda menyebut hal itu kemungkinan besar adalah bentuk spontanitas tanpa ada niat buruk.
“Apa yang dikenakan saat itu kemungkinan hanya bentuk spontanitas semata. Kita tidak bisa langsung menilai bahwa itu ada unsur kesengajaan untuk melecehkan adat,” jelasnya.
Ia juga menambahkan bahwa pihak Dream House telah menyadari adanya ketidaknyamanan yang muncul dan telah menyampaikan permintaan maaf secara terbuka.
“Permintaan maaf sudah disampaikan. Jadi menurut kami, hal ini tidak perlu lagi dipermasalahkan lebih jauh,” katanya.
Meski demikian, Nanda mengakui bahwa kritik dan saran dari masyarakat tetap penting untuk disampaikan. Ia menilai hal tersebut sebagai bagian dari kontrol sosial yang sehat.
“Saran dan kritik itu tetap perlu, sebagai bentuk kepedulian terhadap kelestarian budaya Melayu,” ujar Nanda.
Namun, ia juga mengingatkan bahwa budaya Melayu sangat menjunjung tinggi nilai-nilai saling memaafkan.
“Dalam budaya kita, memaafkan adalah bagian penting dari adat. Setelah permintaan maaf disampaikan, sudah sepatutnya kita saling membuka hati untuk memaafkan,” tuturnya.
Nanda berharap masyarakat dapat lebih bijak dalam menyikapi peristiwa tersebut dan terus menjaga persatuan serta keluhuran budaya Melayu secara bersama-sama.