Setiap pagi terlihat seorang Ibu paruh baya menyelusuri sepanjang jalan di depan rumah dengan menyandang karung plastil dan memegang besi sebagai pengait mencari dan mengutip bekas minuman air mineral yang sering dijumpai dipinggiran jalan, dimana rute ini biasanya dijalani ibuk tersebut antara pukul 6 sampai pukul pagi, memang suatu usaha dan pekerjaan mencari uang dengan mengumpulkan gelas dan botol air mineral yang nantinya akan dijual kepada agen pengumpul yang menjadi langganan ibuk tersebut setiap harinya,yang jelas ibuk tersebut memperoleh rupiah untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Istilah pekerjaan yang dilakoni tersebut dikenal dengan sebutan Pemulung, yang mana sesuatu yang dianggap sampah oleh sebagian masyarakat bagi pemulung ternyata masih memiliki nilai ekonomisnya,namun apakah pekerjaan tersebut masuk pada pekerjaan sektor informal ? ataukah sebagai pekerjaan sampingan saja, namun realitanya di perkotaan banyak juga ditemukan pemulung, ada yang mencari di jalanan dan adapula yang stand by di tempat pembuangan sampah sementara sebelum diangkut ke tempat pembuangan akhir sampah tersebut.
Jika dilihat semangat juang dan sikap optimisme para pemulung dalam mencari barang bekas, baik itu botol,gelas air mineral dan juga kertas karton,rasanya tidak ada yang mungkin memperoleh rezeki sepanjang mau bekerja dan rasa malu serta gengsi sepanjang pekerjaan yang dilakukan halal hasil yang diperoleh dalam setiap harinya.
Menurut Mudiyono,dkk (2017 : 135 ) Mengatakan"Pemulung orang yang mengumpulkan dan memproses sampah di jalan-jalan,sungai-sungai dan bak-bak sampah dan lokasi pembuangan akhir sebagai komuniti pasar"
Dari pengertian sebagaimana gambaran diatas,menunjukkan bahwa pemulung dapat dikatakan pekerjaan yang memberikan nilai ekonomi bila dikumpulkan, hal ini tak lepas adanya pemanfaatan barang bekas yang dapat diolah kembali dan dijadikan produk bernilai dan dibutuhkan masyarakat.
Sementara bila dilihat dalam perspektif persoalan persampahan di wilayah perkotaan memang menjadi dilema dalam aspek pengelolaannya yang kadang kala volume sampah yang kadang kurang seimbang dengan armada yang tersedia untuk mengangkut sampah ke tempat pembuangan akhir menjadi salah satu penyebab terlihat penumpukan sampah di tempat penampungan sementara, rasanya adanya kelompok masyarakat yang peduli dengan permasalahan sampah dengan membuat bank sampah yang nantinya sampah diolah agar memiliki nilai ekonomis perlu diapresiasi dan dapat dijadikan salah satu solusi dalam pengelolaan sampah yang tidak akan ada tuntasnya ditengah kehidupan masyarakat,sebab dalam kenyataan banyak sumber-sumber sampah yang perlu menjadi perhatian bersama,sebab akan berkaitan dengan kesehatan dan juga lingkungan sosial masyarakat.
Penulis
Sofyan
Dosen Tetap STIE Mahaputra Riau
Dewan Pakar DPP RMB-LHMR